Mungkin waktu adalah ujian,
Bagi yang menunggu dalam penantian.
Yang tak dapat bertahan,
Akan lepas dan lari dari jeratan
Namun siapa yang mampu
Ia takkan hilang dalam semu.
Ada yang lebur dalam perjuangannya
Mereka hanya merasa tak yakin rupanya
Hanya sedikit yang terus bertahta
Menghabiskan tantangan dalam tanya
Hingga akhirnya mereka puas tertawa
Tik tok tik tok tik
Dengarkan ia!
Deru sang lelaki tua
Ia acungkan telunjuknya yang lentik
Ia tunjuk si pengukur detik
Diam, sayup nyaris tanpa bunyi
Sejurus waktu, tak ada hitungan itu
Detik yang meluncur tadi berhenti
Rupanya mereka kehilangan angka satu
Dan nyaris semua mogok hendak lari
Si lelaki tua tadi terpekur
Mungkin ia sembari berpikir
Ah, atau malah sedang mendengkur
"Kurasa penunjuk detik itu sudah uzur"
Demikian kusampaikan padanya
Ia masih diam, tak juga bertanya
Lantas ia ambil jarum penunjuk waktu, semuanya.
Semua jarum itu dikepalnya
Ia marah, mengeraskan genggamannya.
Tak lama, bayangan pikiranku melayang
Kuingat siapa dia dalam sekejap pandang
Ah! Si lelaki tua yang tempo dulu masih bujang
Kuingat ia dari kumpulan cerita lama yang panjang
Rupanya ialah sang pengejar waktu
Yang sudah kuingatkan padamu
Ialah orang yang tak mampu itu
Ia gagal dalam ujian, lantas ia semu
Hilang dalam setiap ingatan orang
Lenyap kabarnya ditelan deru dan lalu lalang
Pada suatu satuan waktu, ia pernah dinyatakan hilang
Kini ia membalas dendam pada jarum yang dianggapnya jalang
Atau mungkin dulu ada kawan tandingnya yang curang
Entahlah, kini sang lelaki tua itu kembali lenyap.
Ia masih sang pecundang, kalah lantas sunyi dan senyap.
Ia diam, mengambil rupa sesuka hatinya, entah hinggap, atau merayap.
-hannasiahaan-
solo, 31 oktober 2013
0 comments