Jadi karena blog ini baru berhasil lagi saya akses belakangan ini saya sepertinya perlu banyak-banyak pemanasan menulis lagi. Hitung-hitung mini selebrasi karena sudah kembalinya wadah menulis saya. Rencana sih akan menulis rutin setidaknya sebulan 1x, karena mau berjanji 1x seminggu kok ternyata sudah ingkar dari awal. Mari kita lihat akan bertahan seberapa lama.
Showing posts with label blogging. Show all posts
Showing posts with label blogging. Show all posts
Sejauh saya bisa mengingat, ini mungkin kali ketiga saya ke Kupang. Ke NTT sendiri sudah 5 kali. Jadi 2 sisanya saya flight landing ke Ende dan Labuan Bajo.
Angka-angka ini saya dapatkan ketika sedang merenung sembari naik ojek online di Kota Kupang. Saya coba ingat-ingat sudah berapa kali saya ke sini. Kupang di akhir Maret 2023 ini sebenarnya cukup mempesona saya. Cuacanya pun tidak seterik kunjungan saya sebelumnya ke NTT di mana mataharinya ada banyak rasanya. Cuaca Kupang waktu itu kadang hujan deras, tak lama lagi langsung terik. Cukup unik untuk cuaca di akhir bulan Maret apalagi kabarnya sedang ada siklon Herman yang cukup mempengaruhi cuaca ini.
![]() |
Mari kita pajang foto yang sparks joy. Pulau Padar, Labuan Bajo NTT, Januari 2023 |
Pergi ke Malang di akhir Mei kemarin itu kalau boleh saya rangkum adalah perjalanan paling mestakung (semesta mendukung) buat saya. Ke Malang tanggal 26 Mei niat awalnya mau ikut Kelas Inspirasi di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Ini pun sebenarnya perjalanan yang sudah tertunda lama.
Acara Kelas Inspirasi Malang sendiri mulanya terjadwal di bulan Februari. Tapi sayangnya di H-3 pelaksanaan harus batal karena kasus Covid-19 varian Omicron lagi merebak banget waktu itu, jadi sekolah-sekolah yang awalnya udah mulai Pembelajaran Tatap Muka atau PTM terpaksa harus online lagi. Nah kalau online kan nggak mungkin ya buat tetap jadi acara KI nya.
Di awal Februari itu sendiri sebenarnya saya juga baru seminggu bersih dan sembuh dari Covid. Secara fisik sih sudah sehat, sudah negatif juga cuma waktu itu agak ragu mau berangkat karena efek pascaCovid itu sungguh membuat saya lemah dan mudah capek, dikit-dikit nafasnya pendek jadi ragu bisa atau nggak untuk perjalanan jauh Jakarta-Malang.
![]() |
Bawa carrier yang lama nganggur |
Menu Buka Puasa Praktis
Baiklaaah karena tema blogging hari ini adalah menu buka puasa praktis, maka saya mau menuliskan menu yang kalau kata bu Sisca Soewitomo "mudah bukan!?" alias simpel dan praktis.
Pada prinsipnya, berbuka puasa seharusnya tidak boleh berlebihan. Ragam pilihan menu disajikan boleh-boleh saja, tapi ingat, jangan sampai kebanyakan mengonsumsi makanan (dan minuman) yang tidak sehat atau manis-manis, bersantan, asin, atau, gorengan dalam jumlah yang terlalu banyak. Nah pantangannya apa saja, silahkan sesuaikan dengan kondisi masing-masing ya.
Kali ini saya mau kasih resep minuman aja biar seger-seger berhadiah. Udah seger, trus rasanya kayak dapet jackpot lagi kan diminum pas buka puasa.
Menunya simpel banget, cuma perlu 4 bahan aja. Boleh 5 bahan kalau mau disesuaikan. Namanya Es Susu Kelapa.
Bahan:
1. Susu cair 1 kaleng sekali minum/200 ml (pake bear brand oke, kalau ngga ada bisa pakai susu cair merk lain)
2. Air kelapa (saya pakai Hydro Coco 250ml)
3. Es batu secukupnya
4. Nata de coco secukupnya
5. Selasih secukupnya (opsional)
Caranya: campurkan semua bahan dalam 1 wadah gelas. Aduk rata. Minuman siap untuk dikonsumsi.
Gampang kan?
Nah ini sebetulnya minuman andalan yang saya minum di perjalanan dinas kalau kira-kira udah capek dan lemes banget. Biasanya kalau minum ini sebelum tidur sih besok paginya bakal lebih seger lagi.
Jadi selamat mencoba!
HS
Inilah dia rekomendasi tempat ngabuburit dan jual makanan yang hype banget di Jakarta Pusat ✨
Di tahun 2020, ingatan samarku cuma bisa mengingat waktu itu jalan-jalan tol sepiii banget. Nggak ada kendaraan yang melintas. Di beberapa ruas pintu tol ada mobil polisi yang berjaga-jaga, itu pun nggak banyak karena yang melintas masih bisa dihitung jari. Di jalan tol trans Jawa waktu itu rasanya gelap sekali. Banyak sampah kertas dan lainnya yang bertebaran di jalan. Udah kayak kota mati seingat saya.
Fresh from the oven!
Hari ini baru aja saya menerima vaksin booster. Setelah sempat mencari-cari di mana ada faskes yang bisa terima booster atau dosis ketiga langsung deh saya berangkat ke lokasi. Apalagi lolasinya dekat rumah dan dapetnya vaksin Pfizer! Pas banget sama yang dicari-cari. Hehehe. Sebenarnya bukan maksud hati pilih-pilih vaksin juga, tapi memang sebelumnya sudah melewatkan kesempatan vaksin booster di kantor (waktu itu pake AZ) dan pas banget lagi masa isoman. Nah karena ini dapetnya Pfizer dan deket rumah, cuss lah pagi-pagi antri. Padahal sih nyaris sepi dan tanpa antrian.
Banyak pertanyaan muncul tentang vaksin ini begini:
Hola!
Kali ini judul sengaja dibuat seperti itu karena sebenarnya dari pertama positif udah pengen update begitu haha. Cuma kok ya dipikir-pikir jadi insensitif nanti sama teman-teman lain, akhirnya urung.
Jadi karena sudah sebulan berlalu sejak pertama kali dinyatakan positif Covid-19, saya rasa sekarang sudah bisa menuliskan apa saja yang dialami selama masa isolasi mandiri sebulan lalu. Waktu itu tepat tanggal 1 Februari hasi tes PCR saya keluar dan positif. Sehari sebelumnya saya sudah tes antigen di poliklinik kantor dan positif. Ini sebenarnya antigen ke 4 saya dalam seminggu tapi sebelumnya negatif.
Hai! Kali ini mau bahas soal pervaksinan kali ya, mumpung lagi ramai dan hangat banget jadi perbincangan di mana-mana sejak awal tahun ini.
Jadi saya mau cerita pengalaman tentang vaksinasi yang saya lakukan di bulan Maret 2021 lalu. Waktu itu sih udah mulai santer berita tentang vaksin yang masuk ke Indonesia dari bulan Januari ya. Sempet ada teman yang tanya juga apa di tempat saya kerja udah ada pendaftaran vaksinasi atau belum. Saya jawabnya sih belum ada, bahkan Februari aja tuh masih nihil banget deh tentang kabar vaksinasi di institusi saya kerja.
Sempat jawab juga dengan isengnya: "(Saya sih) Nanti aja kapan-kapan gak apa-apa. Siapa tahu dapetnya kan Astra Zeneca atau Pfizer. Aku kalau dapet ya syukur, gak dapet yaudah gak masalah."
Gitu ceritanya, soalnya waktu itu masih rame berita dan komentar yang meragukan Sinovac, sementara kuota awal-awal vaksin yang dateng di Indonesia itu ya Sinovac.
Tapi datenglah berita di awal Maret kalau kantor saya ternyata kebagian jatah untuk vaksinasi semua pegawai, bahkan termasuk non pegawai dan mitra-mitra terkaitnya juga. Oke, dijadwalkan lah itu tiap karyawan kapak vaksinasinya. Saya dapet di hari pertama yaitu 11 Maret 2020.
Sebelum jadwal keluar, itu sudah beredar surat larangan untuk bepergian mungkin biar yang bersangkutan nanti gak susah dicari dan gak ada alasan untuk gak vaksin ya. Jadi semua orang dipastikan available untuk vaksinasi (kecuali beberapa orang lainnya yang gak memenuhi syarat vaksinasi).
Hari ini mau cerita dulu tentang sesi meditasi yang baru aja saya lalui. Barusan sempet dibahas beberapa kilas balik apa aja yang sudah dilalui selama tahun ini. Tahun yang ajaib, indeed. Juga mengubah banyak banget hal sih sebetulnya.
Di tengah-tengah sesi meditasi tiap orang diminta untuk menyebutkan dalam hati apa saja yang kita syukuri sepanjang tahun ini.
“I am grateful for...”
Setiap orang diminta menyebutkan sebanyak-banyaknya hal- hal apa saja yang mereka syukuri selama 2020 ini. Jadi, sebelum lupa (dan juga agar abadi) maka saya putuskan untuk menuliskan gratitude list selama tahun 2020 ini. Here we go, my 2020 Gratitude List:
I am grateful for:
- Kesehatan. Semakin hari semakin terasa bersyukur banget masih sehat, nafas masih lancar, masih bisa beraktifitas.
- Pekerjaan. Salah satu hal yang mungkin sulit untuk dipertahankan sebagian orang di musim pandemi.
- Keluarga yang hingga hari ini masih sehat, sudah pulih walau pernah terdampak Covid juga, but hey we survived!
- Rezeki yang banyak macamnya. Mulai dari makanan enak yang baru dicobain, materi, kelas-kelas gratis, dll.
- Side job. Perdana setelah sekian tahun akhirnya bisa dapet tambahan dari menulis dan blogging walau belum seberapa seperti dulu kala jaman kuliah 😄
- Made my room as my sanctuary, tambahin pernak-pernik supaya lebih comfy di kamar seharian.
- Refleksi-refleksi bagus selama 2020, sepertinya tahun ini lebih banyak refleksi dari tahun sebelumnya.
- Waktu istirahat yang buanyaak banget. So happy
- Waktu berkumpul dengan keluarga di rumah yang meningkat drastis tahun ini.
- Punya banyak waktu buat ngabisin watchlist di netflix
- Belajar investasi baru, yang kalo lagi bagus bisa seneng banget. Maklum newbie 😅
- Makin lancar dan lihai bawa motor karena tiap ke kantor sekarang motoran sendiri
- Semakin hemat sejak tidak naik ojek lagi ke kantor akibat corona
- Bisa ke Natuna lagi tahun ini, ke Selat Lampa dan melihat Pulau Tiga dari dekat walau ga sampai nyebrang
- Semakin hangat dengan keluarga Natunaku, komunikasi kita semakin lancar, semakin care satu sama lain
- Bisa belajar di Google Digital Class, insight baru setelah lama terpendam
- Sempat bikin podcast yang aslik berbobot banget, sayang belum tayang
- Bisa dinas santai 1 minggu di Danau Toba yang cakep banget, sungguh 😂
- Mengenal meditasi dan perlahan rutin
- Bisa ikut kelas private meditasi yang sungguh effort sekali tapi demi hasil optimal dan hidup namaste
- Hidup lebih namaste, less drama, mengurangi panik yang tidak perlu
- Sesekali masih “diingatkan dan dipaksa” untuk berolahraga
- When covid attacked my mom, everything was under control, we can handled it.
- Reed diffuser and scented candle are keys for a better room
- Punya lampu disko di kamar! Eh smart lamp deh. Cuz they said smart ecosystem starting from our room, huh?
- Menulis esai entah 1 apa 2 jadinya. Untuk lomba. Patut diapresiasi mengingat esai adalah tulisan sulit buat seorang Hanna
- Mengisi kelasnya Tiko, ceritanya sebagai (mantan) praktisi advertising. But no, Im a PR officer now
- Tidak membeli lipstik di tahun ini. Godaan yang berat
- Berinvestasi serius pada skincare yang tidak mahal-mahal banget
- Potong rambut agar shampoo lebih irit di masa pandemi
Daftar ini masih akan panjang dan terus menyusul jika sewaktu-waktu saya ingat apalagi yang harus saya syukuri di tahun ini.
Regards,
Hanna
'Tuk petualangan ini mari kita ketuk pintu yang sama
Membawa amin paling serius
Seluruh dunia’
Amin Paling Serius - Sal Priadi & Nadin AmizahIzinkan kali ini saya menyuplik sedikit dari lagu Amin Paling Serius, sebuah lagu cinta yang unik. Jujur pertama kali saya dengar irama lagu ini, kok cakep banget ya nadanya, pas disimak vocalnya duh makin keren. Ternyata lirik maupun judulnya menggoda banget, padahal ini tanpa sengaja terputar di music player saya.
Jadi, kapan kita benar-benar mengucapkan “Amin Paling Serius”?
Gara-gara lagu ini, saya jadi mencoba mengingat-ingat kapan tepatnya.
Beberapa tahun lalu. Sekitar 2016-2017.
Ya waktu itu sepertinya terakhir kali ada kata amin dari doa panjang yang saya minta dengan betul-betul. Waktu itu, saya ingat betul “amin” itu betul-betul dapat jawaban. EXACTLY THE SAME POINT. Gila ya? Waktu itu saya sempat ngeri juga sih melihat doa yang terjawab persis. Sekaligus dibuat takjub betapa hebatnya Tuhan, aduh siapalah saya yang hanya meminta semata. Saya sejak saat itu, dari dulu sih, cuma mulai itu saya makin yakin kalau doa memang harus detil dan hati-hati banget sama apa yang kita minta.
Kenapa? Karena kalau kejadian ya biar sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Dan sekarang 2020 sudah beranjak lebih dari separuh, sudah di tengah jalan. Corona masih saja merebak. Hari ini, Kamis (9/7) bahkan salah satu lonjakan Covid-19 tertinggi di Indonesia terjadi. 2,657 kasus baru! Wah ngeri juga. Padahal per Juni-Juli ini kalau boleh dibilang kegiatan saya di kantor udah mulai aktif lagi meski masih pakai sistem piket on-off. Tapi ya mulai aktif liputan lagi, perjalanan ke luar kota lagi, wara wiri lagi, aktif ketemu orang banyak kadang-kadang walau masih banyakan aktivitas yang dikerjakan secara online.
Istilah new normal juga mulai digaungkan di mana-mana. Banyak tempat umum yang mulai dibuka. Car Free Day Thamrin-Sudirman juga sudah sempat aktif 1x meski minggu selanjutnya akhirnya ditutup lagi dan dipecah menjadi beberapa titik konsentrasi di 5 wilayah kota Jakarta. Lonjakan pesepeda dan warga yang berolahraga mulai tumpah ruah di jalan-jalan Jakarta.
For a quick recap, udah 2 bulan menuju 3 bulanan saya ikutan meditasi via online sama Pishi. Awalnya iseng lama lama kok enakan. Lama- lama ya merasa teduh walau kadang butuh energi besar banget untuk melawan rasa malas dari dalam diri ini untuk mulai latihan meditasi lagi. For my own sanity di tengah ombang-ambing dunia, ahzek, nanti kapan-kapan kalau meditasinya udah naik kelas dan makin rajin bakal saya post lagi perkembangannya. Sejauh ini latihan paling favorit masih seputar Trilogy: Compassion, Forgiveness,Surrender ah dan tentu saja Law of Attraction. Sudah lewat mid 2020 dan masih berharap banyak di latihan LoA. Ah ya, kali aja penasaran, I’ll drop down the account, you can find her at IG @pishiyoga, bisa dicari bahan latihannya di Spotify Peace Sea Podcast atau kadang suka ada IG live meditasi bareng at her own IG on weekend! 😍
Pada akhirnya di 2020 ini, di bulan ke tujuh saya masih berharap semoga semesta berpihak pada doa-doa saya. Semoga permasalahan pandemi ini cepat-cepat kelar, semoga banyak orang yang segera pulih baik badannya, jiwanya, maupun ekonominya. Semoga yang ditarik-tarik energi dari semesta segera berpadu. Semoga...
Ps: separuh tulisan sudah mengendap di draft dari bulan April 2020. Selesai 3 bulan kemudian karena terlupakan.
-HS-
![]() |
Pernah dengar istilah “The Right Man in The Right Place”?
Saya dulu pertama mendengarnya di kelas XI SMA sekitar tahun 2007 waktu mata pelajaran Manajemen. Istilah itu kurang lebih artinya menempatkan seseorang yang tepat, di tempat/posisi yang tepat. Please correct me if i’m wrong.
Jadi pembahasan hari ini awalnya tercetus saat saya tengah malam kepikiran bahwa sesungguhnya untuk mencapai kondisi ideal The Right Man in The Right Place ini butuh waktu dan jam terbang yang cukup lama. Seorang pemimpin dikatakan baik dalam memanajemen sumber daya manusianya jika sudah memenuhi poin ini. Pasalnya, tentu saja hal ini tidak langsung serta merta terwujud saat pertama ada plotting human resources. Mari kita bicara dalam skala yang lebih kecil, dimana terkait penempatan personel ini tidak diatur lagi oleh sebuah lembaga yang bernama human resources department.
Covid-19 mau tidak mau mengubah banyak hal di hidup kita. Mulai dari kebiasaan atau gaya hidup termasuk cara-cara kita untuk mengantisipasi banyak hal lainnya. Sejak Covid-19, saya yakin semua orang terdampak hidupnya. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga mulai digencarkan di Indonesia untuk menrapkan sistem physical distancing sesuai anjuran WHO. Perlahan-lahan sejak saat itu, kita mulai membatasi diri untuk berkumpul, menjauhi kerumunan, sebisa mungkin hidup bersih, dan rajin cuci tangan. Tentu masih banyak hal-hal preventif lainnya, bahkan lama kelamaan juga terlihat sebagai kegiatan yang parno luar biasa. Yakin deh setidaknya Covid-19 sudah memaksa kita untuk cuci tangan berulang-ulang atau setidaknya mengusapkan hand sanitizer berkali-kali setiap harinya, kadang sampai lupa udah berapa kali cuci tangan hari ini. Belakangan juga sudah booming aplikasi untuk online meeting yang mulai laris dipakai jadi platform untuk rapat atau diskusi formal dengan orang-orang kantor atau sekadar haha-hihi ngobrol dan reunian dengan teman-teman.
Tidak cuma itu, salah satu yang patut dicatat dari sejarah di tahun 2020 ini juga adalah karena Covid-19 kita dipaksa untuk beribadah di rumah. Tanpa berkumpul di rumah ibadah, setiap orang diminta hanya beribadah dari rumah masing-masing.
Bukan hanya perkara gaya hidup yang terpengaruh. Faktor ekonomi adalah salah satu sisi yang tergerus lebih dulu dan cukup berdampak bagi kehidupan banyak orang terlebih para pekerja harian atau orang-orang yang bekerja di sektor informal. Bayangkan saja seperti pengemudi ojek online, atau mereka yang bekerja dengan berdagang keliling setiap harinya, atau seperti buruh pabrik yang diupah harian maka mau tidak mau pandemi ini lebih dari sekadar masalah kesehatan tapi juga perihal hidup mereka. Bahkan segi finansial ini hampir dialami oleh sebagian orang, seberapa besarpun penghasilannya setidaknya ada segi penghidupan yang ikut terpengaruh. Sebagian sektor yang menggenjot ekonomi pun lumpuh, sebut saja seperti industri perhotelan dan pariwisata yang kini sepi pengunjung. Banyak pekerja juga yang harus dirumahkan alias di PHK akibat perusahaannya tidak mampu menggaji karyawan di tengah pandemi seperti ini. Belakangan, beberapa start up besar pun dikabarkan turut gulung tikar selama masa pandemi, seperti Airy atau yang PHK massal karyawannya seperti Uber dan Airbnb (dikutip dari: Tirto.id).
Mungkin kelak, kita bakal cerita ke anak kita nantinya kalau tahun 2020 ini adalah salah satu waktu terburuk yang pernah dijalani.
Tapi apa iya sih 2020 adalah salah satu tahun terburuk?
Terutama setelah dihajar habis-habisan oleh pandemi Covid-19 dan begitu banyaknya berita buruk yang bertubi-tubi menimpa sepanjang 5 bulan di 2020 ini.
Baiknya saya jawab dari segi yang terukur, data. Akibat Covid-19 per hari ini, 16 Mei jumlah kasus Covid-19 yang terdata dari WHO jumlah pasien positif Covid-19 sudah menyentuh angka 4.56 juta jiwa dan jumlah korban meninggal sebanyak 308 ribu jiwa.
Dari segi jumlah korban jiwanya, kalau dibandingkan dengan Flu Spanyol 1918-1920 yang menelan korban meninggal hingga 50 juta jiwa. Sementara kalau mundur lebih jauh lagi Black Death pada 1347-1351 menyebabkan korban meninggal sebanyak 225 juta jiwa. (disadur dari: Business Insider). Secara angka, meski Covid-19 memang belum berakhir, namun sejauh ini bukan pandemi terburuk yang pernah terjadi.
Jadi, apakah 2020 buruk?
5 bulan di 2020 ini memang tidak dapat dibilang paruh pertama yang baik untuk mengawali tahun. Namun kalau dipikir-pikir Covid-19 memang banyak membawa derita bagi sebagian orang yang kadar penderitaannya tentu berbeda-beda.
Kalau mau diajak untuk berpikir positif, rasanya tak terlalu sulit melihat tahun ini sebagai tahun yang masih bisa berpotensi membawa kebahagiaan buat kita. Kalau dibaca dari Asumsi masih ada sederet kabar baik yang bisa kita lihat lebih jauh lagi. Salah satu dari 4 kabar baik yang ditulis di Asumsi adalah membaiknya kualitas udara karena lockdown yang diberlakukan di beberapa negara lainnya.
Sudah cukup baik, belum?
Kalau menurut saya pribadi, 2020 ini adalah waktu istirahat terbaik. Kenapa begitu? Banyak orang yang "dipaksa" untuk beristirahat dan bekerja dari rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga. Meski WFH tidak semuanya lantas bisa berleha-leha memang, apalagi untuk kerjaan yang sifatnya ready on call atau harus di maintain 24hours. Saya sendiri mulai aktif WFH (meski belum sepenuhnya WFH) mulai 18 Maret. Sejak itu saya cuma ke kantor sebulan masih bisa dihitung jari. Dan ajaibnya, selama periode itu juga kerjaan-kerjaan saya berkurang dan tidak sebanyak saat aktif ngantor dulu. Waktu WFH sudah tentu di rumah aja, sama keluarga 24 jam penuh. Interaksi pun jadi lebih banyak bersama keluarga.
Dalam 24 jam waktu di rumah aja, ada sekian jam yang digunakan untuk tidur atau sekadar rebahan sambil mainan HP. Banyak cara orang menghabiskan waktunya selama di rumah, mulai dari menggarap hobi lamanya hingga kembali menemukan skill baru yang ternyata "ah gue bisa juga ngerjain ini ternyata!" atau "lah kemana aja selama ini, bikin ini ternyata asik juga buat menghabiskan waktu", setidaknya begitu kata orang-orang yang sudah banyak mengerjakan dan menemukan banyak hal baru selama karantina mandiri di rumahnya.
Selama masa karantina, perlu diakui bahwa sedikit banyak akan mulai muncul kerinduan untuk berinteraksi dengan orang lain yang tidak serumah. Maka mulailah di masa-masa karantina ini juga saat yang tepat untuk menjalin kembali komunikasi dengan teman-teman lama atau teman yang biasanya sering ketemu sebelum pandemi lantas tiba-tiba jadi jarang ketemu karena dirumahkan. Bangun kembali gairahmu untuk produktif, mengerjakan hobi lamamu, atau bahkan mengulik-ulik belajar hobi baru.
Memang Covid-19 adalah ancaman yang serius namun bukan berarti dengan demikian setiap hari kita harus terus menerus update tentang berita Covid-19 terus. Demi kesehatan jiwa, ada baiknya membatasi asupan informasi yang sekiranya buat hidup kita gelisah sambil tetap memantau perkembangan seperlunya saja.
Pandemi Covid-19 ini adalah waktu yang tepat untuk lebih mengenal diri sendiri. Ada banyak cara untuk bersiasat menghadapi musibah ini. Setiap manusia punya strateginya masing-masing untuk menyesuaikan diri dengan situasi The New Normal ini dengan adanya Covid-19. Benar bahwasanya di tengah pandemi ini, tetap waras secara fisik dan psikis adalah sebuah pencapaian luar biasa. Bahwa hingga hari ini anxiety, depresi dan kekhawatiran lainnya belum menggerogoti pikiran saya patut diapresiasi. Saya perlahan mulai meninggalkan berita-berita buruk yang bisa saya pilih setiap harinya. Saya memilih untuk tidak mengikuti dengan intensif perkembangan menit ke menitnya tentang pageblug ini.
Ada banyak kreatifitas anak muda dan orang-orang luar biasa yang saya lihat berkembang di linimasa saya selama pandemi ini berlangsung. Di tengah kondisi karantina mandiri, banyak yang menggelar sharing ilmu gratis melalui Instagram livenya, ada yang mengajar zumba, ada yang sharing pengalaman, atau berbagi tips. Ada juga gebrakan lain berupa konser dari rumah yang pernah digagas oleh Narasi bertajuk Konser Musik #DiRumahAja.
Pandemi ini mengajarkan kita banyak hal. Selagi bisa, hargai waktu yang kamu punya dan gunakan sebaik mungkin waktumu. Dari linimasa saya sejak masa karantina di rumah aja juga mulai muncul inisiatif-inisiatif baik seperti penggalangan dana. Ada banyak orang-orang baik yang masih mau membantu sekelilingnya untuk bertahan hidup. Sebenarnya memang hanya itu yang dibutuhkan oleh dunia saat ini. Inisiatif baik dan orang baik. Keduanya ini yang bisa terus menjaga bumi lebih baik, berputar dengan makna yang sesungguhnya untuk saling menjaga. Ada banyak cara untuk bertahan hidup, salah satunya dengan memperhatikan lingkungan sekelilingmu.
2020 masih panjang, masih ada separuh waktu lagi untuk menghabiskan 6 bulan selanjutnya. Belum terlambat untuk membuat pandangan yang lebih cerah dan baik tentang 2020. Selamat beristirahat dengan thoughtful di tahun ini, tetap bertahan.
This too shall pass!
-HS-
Belakangan sejak berita Corona merebak ada beberapa teman-teman dan keluarga di Natuna yang bertanya kondisi di Jakarta dengan adanya Corona. The power of media, aslinya biasa-biasa saja tapi rupanya efek pemberitaan di media bikin momok yang lebih seram. Ya meski Corona sepantasnya kita waspadai, tapi memang seram sekali gambaran tentang Corona di Jakarta akhir-akhir ini, udah zona merah, sepi, rawan penularan pula.
Lama tak bertukar kabar, tentu persoalan Corona yang mendunia ini jadi topik terhangat yang mampu menyambung silaturahmi saya dengan warga desa penempatan saya dulu di Setumuk. Untungnya hingga saat ini tidak ada kasus di Natuna dan semoga tetap tidak ada hingga pandemi usai.
Jadi menyambung part 1 yang sudah lama sekali itu postnya. Wow gila sungguh kebaperan akan Natuna rupanya membuatku sulit untuk menuliskannya selama 2 tahun terakhir! Hahaha.
Izinkan aku untuk update lagi cerita-cerita tentang Natuna karena sesungguhnya masih segambreeng kenangannya memenuhi hati dan pikiran, in a good way.
Halooo semuanya! Kali ini aku mau share beberapa kuliner favorit yang sering aku kunjungi atau beli after office hour. Berhubung rumah dan kantorku ada di sekitaran Jakarta Pusat jadi mohon maklum bila list tempat- tempat ini yang memang ga jauh-jauh dari Jakarta Pusat.
Ada 5 tempat yang akan aku rekomendasikan, dengan catatan, kelimanya menyediakan makanan favorit aku yang sukses bikin aku balik lagi-balik lagi ke tempat itu.
Apa aja sih?
Halaww!
Rasa-rasanya saya sudah 1 bulan nih Work From Home sejak mulai mewabahnya Coronavirus Disease-2019 atau Covid-19.
Kalau kantor saya kebetulan memang tidak WFH sepenuhnya, jadi kami menganut sistem piket secara bergantian untuk mengurangi jumlah orang yang ada dalam 1 ruangan. Jadi kalau dihitung-hitung 1 bulan itu paling ke kantor 6-8 kali aja per orangnya. Kebetulan kalau dilihat-lihat dari Peraturan Gubernur DKI Jakarta, tempat saya bekerja merupakan sektor yang dikecualikan jadi masih tetap bisa beroperasi.
Nah selama masa pandemi ini seperti bunyi imbauan pemerintah, saya juga kebanyakan sih di rumah aja. Sebulan lebih di rumah tuh rasanya bosen memang, sempet beberapa kali mati gaya meski ga abis ide banget gitu. Jadi kali ini saya mau share apa aja sih yang bisa dilakukan selama di rumah aja.
Rasa-rasanya saya sudah 1 bulan nih Work From Home sejak mulai mewabahnya Coronavirus Disease-2019 atau Covid-19.
Kalau kantor saya kebetulan memang tidak WFH sepenuhnya, jadi kami menganut sistem piket secara bergantian untuk mengurangi jumlah orang yang ada dalam 1 ruangan. Jadi kalau dihitung-hitung 1 bulan itu paling ke kantor 6-8 kali aja per orangnya. Kebetulan kalau dilihat-lihat dari Peraturan Gubernur DKI Jakarta, tempat saya bekerja merupakan sektor yang dikecualikan jadi masih tetap bisa beroperasi.
Nah selama masa pandemi ini seperti bunyi imbauan pemerintah, saya juga kebanyakan sih di rumah aja. Sebulan lebih di rumah tuh rasanya bosen memang, sempet beberapa kali mati gaya meski ga abis ide banget gitu. Jadi kali ini saya mau share apa aja sih yang bisa dilakukan selama di rumah aja.
Aku kadang bertanya kenapa kita hidup untuk menjawab “Why” dalam hidup kita. Boleh dibilang kurang sependapat malah. Bagaimana jika saya lantas lebih setuju jika hidup saya ini ya ada untuk menemukan jawaban demi jawaban, saya ada untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul di hidup saya. Itu menurut saya. Itupun setelah ada seorang kawan yang berprinsip “Ya saya ada untuk mencari WHY dalam hidup saya.”
Saya agak terusik.
—-
Hari ini ada yang berbeda. Oh tentu saja setelah berapa lama -aku lupa sudah berapa hitungan- kita tak bersua. Kamu datang, kita duduk berhadapan.
“Oke, saya punya waktu cukup panjang. Sampai sore ini aku free. Kamu boleh tanya apa saja, saya akan sediakan jawabannya”
“Apa saja?” tanyaku memastikan.
“Iya apa saja,” anggukmu mantap. Anak rambutmu turut terkibas saat kau mengangguk.
“Aneh, tak biasanya. Kenapa?”
“Oke ini pertanyaan pertamamu? Kenapa? Ya karena saya tahu kamu punya banyak pertanyaan untukmu. Dan tak pernah ada yang biasanya di tengah-tengah kita,” katamu. Aku-saya seperti kebiasaan dulu ya, khas kamu sekali.
Sebenarnya saat itu aku ingin protes. Ini aneh, kenapa pula kami harus menjawab sementara aku bertanya. Tapi baiklah, kupikir tak ada salahnya mengikuti arus permainanmu.
“Kenapa akhirnya kamu ada di sini?” tanyaku
“Saya rasa saya punya banyak hutang sama kamu. Mungkin hari ini saya melunasinya, dengan kehadiranku.”
Holaa!
Lama tak berjumpa setelah tulisan terakhir yang saya update di blog adalah setahun lalu.
Betul-betul setahun lalu banget, karena dulu terakhir di bulan Oktober juga.
Kali ini saya mau bahas hal yang sebenarnya ga ringan-ringan banget tapi ga cukup serius untuk dibahas di meja makan.
Pernah ngga sih kepikiran betapa pentingnya menjaga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita?
—-
Lama tak berjumpa setelah tulisan terakhir yang saya update di blog adalah setahun lalu.
Betul-betul setahun lalu banget, karena dulu terakhir di bulan Oktober juga.
Kali ini saya mau bahas hal yang sebenarnya ga ringan-ringan banget tapi ga cukup serius untuk dibahas di meja makan.
Pernah ngga sih kepikiran betapa pentingnya menjaga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita?
—-
![]() |
Anak-anak SDN 003 Setumuk, Kabupaten Natuna. |
ABOUT ME

Hai! Namaku Hanna, kesibukan sehari-hari bekerja sebagai seorang Public Relation. Dulu kuliah Ilmu Komunikasi. Sejak SD suka menulis mulai dari cerpen fiksi, artikel, opini, atau lainnya. Di waktu senggang, biasanya aku jalan-jalan sambil mengambil foto untuk dipamerkan di galeri digital pribadi alias instagram atau disimpan untuk sekadar kenangan berharga.

I could look back at my life and get a good story out of it. But then I choose to move forward and make an history.
Featured Post
Review Film- Conclave (2024)
Pic source: https://static.promediateknologi.id Rabu kemarin baru saja selesai menonton film Conclave (2024). Film yang berhasil meraih 8 n...

POPULAR POSTS
Categories
- blogging 114
- Jalan-jalan 26
- fiksi 18
- artikel 16
- review 8
- Indonesia Mengajar 6
- #NatunaBerkisah 5
- sponsored 3