Surat cinta hari ke 26 untuk
Pria dengan kulit sawo matang yang telah
menurunkan marga Siahaan nya pada saya.
Terima kasih untuk bertahun-tahun kasihmu
pada saya sehingga selama 13 tahun bersekolah sejak kanak-kanak kau selalu
mengantarku tiap paginya.
Dan siangnya selalu menantiku keluar dari
pagar sekolah dan bersanding diatas motor vespa hijaumu.
Untuk segala hujan maupun panas terik yang
menyebalkan namun kau tepis untuk dapat mengantar-jemput kedua bocah kecilmu
hingga mereka SMA, hingga saatnya kuliah mereka harus terpencar-pencar jauh
darimu.
Kau yang telah mengajarkan kaki-kaki kecil
ini dulunya untuk bisa lincah mengendarai sepeda roda 4 hingga perlahan-lahan
mahir mengendarai roda dua.
Hingga rasa penasaran sang bocah itu kelak
menimbulkan luka dan memar karena keingintahuan mereka mengeksplor si sepeda.
Untuknya yang selalu siap sedia menunggu
saya di stasiun, terminal, maupun bandara ketika pulang dari tanah rantau.
Menyambut si anak rantau ini dengan
senyumannya, dan sekejap peluknya.
Yang tak enggan menyambut tanganku
membawakan tas berat itu untuk kau bawa.
Yang selalu menanyakan hal-hal yang
kuanggap sepele saat ku di tanah rantau.
Sekedar 'Sudah makan inang?' 'Sudah berdoa
sebelum berangkat?' 'Hari ini kuliah sampai jam berapa?' atau 'Masih ada duitnya?'
Untuk pria yang kini telah genap berusia 56
tahun, yang rambutnya sebagian besar telah memutih.
Yang tiap kali saya pulang ke rumah untuk
berlibur ia selalu meminta membersihkan alis matanya dari rambut-rambut putih
yang mulai menghiasi alis itu.
Teleponnya yang tiap minggu selalu
mengantri sehabis mama berbicara panjang lebar.
Atau meneleponku pagi-pagi sekali sebelum
berangkat kuliah.
Yang selalu mengingatkanku untuk tak lupa memanjatkan doa pada Yang Kuasa sebelum berangkat kemana- mana.
Kepada Bapak, yang pesannya sebelum saya berangkat ke tanah rantau masih selalu kuingat dengan jelas.
Jangan lupa berdoa, ingat pergi ke gereja ya inang, katanya.
Orang yang selalu kubenci kata- katanya yang terkadang menurutku terlalu rewel, namun sekarang kusadar makna kebawelannya.
Orang yang kadang terlalu tegas menurutku, tapi kutahu pasti pesan kasih sayangnya padaku.
Dia yang tak pernah mengijinkanku pulang terlalu malam, yang kadang menurutku terlalu membatasi kebebasanku.
Tapi kini kutahu dibalik semua itu ia menyimpan banyak kecemasan akan segala kegiatanku saat jauh darinya
Dialah yang selalu melindungi keluarganya dengan rengkuhan tangan- tangan kokohnya.
Yang berjuang menghidupi keluarganya dengan sepenuh tenaganya, dengan segala daya kreatifitasnya.
Untuk bapak yang paling cool sedunia...
Yang hanya akan kupeluk tiap tahun baru atau tiap ulang tahunnya, dan kucium pipinya namun terkadang enggan menerima ciumnya di pipiku, geli kataku. Geli karena kumisnya terkena pipiku, hehee.
Untuk bapak terkeren sedunia, J.R .Siahaan
Surat hari ke-26 ini kutujukan padamu.
Satu-satunya orang di dunia ini yang saya panggil Bapak :)
Satu-satunya orang di dunia ini yang saya panggil Bapak :)
Terima kasih karena hingga saat ini kau masih mempercayaiku untuk bisa belajar mandiri di tanah rantau, dan membiarkanku belajar dengan sendirinya akan kehidupan ini.
Terima kasih untuk mengajarkanku banyak hal, bagaimana caranya berterima kasih, bertahan hidup di kerasnya Jakarta, caranya hidup bersyukur meski berkecukupan, yang selalu mengajarkan pentingnya arti tolong menolong.
Big hugs,
your 20-y.o-little girl,
Hanna Siahaan
Ps: kutulis surat ini dari tanah rantau, kapan bapak mau main ke tempatku merantau? Tahun depan sepertinya aku sudah (akan) kembali ke ibukota ;)
0 comments