google-site-verification=pmYaR7Wkl72nz8GRfCYRHkG7F2d5HrD-tTSuQpSxRqU Bye, Dreams! | LIMA HURUF by Hanna Suryadika

Bye, Dreams!

7 minggu lagi menuju penghujung tahun.
masih (atau hanya) 7 minggu lagi waktu yang tersisa untuk bisa meneruskan segala perjuangan- perjuangan mencapai Target tahun 2011.

Ini to-do-list saya selama 2011, dan ada beberapa yang sumpah-gak-penting. 
Diawali dengan doa, diakhiri dengan senyuman

Ketika saya nge cek lagi 'to-do-list in 2011', saya baru tersadar ada beberapa target yang bahkan tidak saya lakukan, karena saya bahkan menghapusnya dari list saya.
Salah satunya, pengajuan aplikasi beasiswa IELSP. Untuk mendapatkan itu, sudah niat banget untuk ikutan test TOEFL di bulan Juli, bahkan pada Juli itu saya pun akhirnya pergi ke Pare -kampung Inggris- untuk sebulan nge camp berbahasa Inggris di sana. Tapi memasuki bulan September- Oktober, saya mulai limbung.
Denger- denger kampus gak bakal ngijinin mahasiswa nya untuk cuti lebih dari sebulan, bahkan sekalipun itu juga nantinya bisa membawa prestasi dan prestise tersendiri untuk kampus (ya kali kalau-kalau aja kepilih jd nominator beasiswa).

Ketar- ketir juga akhirnya pas dapat kabar (sekali lagi, masih kabar burung) kalau kaka tingkat yang sebelumnya dapet beasiswa serupa itu harus cuti satu semester demi 8 minggu di Amerika.
Saya bingung, nggak tau harus memutuskan apa. Di satu sisi, berpikir nggak ada salah nya nyoba, ya kali mahasiswa lainnya males ikutan coba- coba beasiswa yang satu ini kan. Nah di sisi lainnya, kalau inget mesti berhenti sementara dari kuliah, yang artinya memperpanjang masa studi dari yang seharusnya 8 semester, saya sih ogah.
Akhirnya, saya berpikir untuk tidak egois. Saya nggak maju untuk ikutan si program 8 minggu ke Amerika itu (nb: kalau dapet loh ya). Mikir aja, gimana kasihannya orang tua saya kalau misalnya kontrak saya di Solo ini yang cuma untuk 8 semester tapi harus diperpanjang lagi, mereka juga pasti mau nya saya cepet lulus kan. Atau juga sambil menggondol beasiswa dan penghargaan yang ada.
Tapi, begitulah hidup. Pada akhirnya kita harus memilih. Kalau kamu mau beasiswa ke luar negeri, maka kamu harus cuti kuliah, dan otomatis masa studimu tambah lama. Kalau kamu mau cepet lulus, maka kuliah lah yang fokus, rajin masuk,kerjain tugas, dan lupakan beasiswa 8 minggu di negeri orang itu, kurang lebih begitu hasil rundingan saya dan teman- teman senasib yang mau mengajukan beasiswa itu juga. Dilematis!

Akhirnya saya tinggalin aja hal yang paling nggak pasti di antara kedua pilihan itu, mengajukan aplikasi IELSP. Saya pikir, toh kalo saya ajukan lamaran itu belum tentu juga kan keterima. Tapi entah kenapa saya ngerasa itu cuma excuse aja untuk diri saya sendiri, karena di satu sisi saya lumayan kaget dengan persiapan saya sendiri. Sudah sampai bulan Oktober,tapi daftar test TOEFL aja beloman. Padahal ijazah SD-SMA juga harus diurus kembali. Bahasa Inggris saya juga masih sampai pada tahap 'better than nothing'.

Dan tepat 4 hari yang lalu, tanggal 15 November, batas pengumpulan semua aplikasi ditutup. Reminder di laptop saya selama berbulan-bulan, yang mengingatkan akan deadline tersebut pun akhirnya sudah hilang sekarang seiring berlalunya tanggal 15 November. Saya cuma bisa dadah- dadah sama mimpi dan rencana yang sudah saya susun dari setahun yang lalu ini. Saya cuma bisa bilang: kalau memungkinkan saya akan kejar kamu kembali di semester 7 nanti, wahai delapan-minggu-di-Amerika ! :)


Please, #prayforme pals,

Hanna Siahaan :D

0 comments