Matahari, tahukah kau seperti apa bentuk bulan?
di sudut kota, kita pernah bertukar kisah tentang mimpi-mimpi masa depan.
duduk di kursi kayu panjang itu, kita mulai bercerita.
Siang hari yang cerah kau diam terpaku sembari berkuasa di langit yang atas sambil menunggu datangnya senja.
Sementara nanti setelah senja sang penguasa malam lah yang akanj bertahta di gelapnya langit sana.
Keindahan kalian berdua, matahari dan bulan yang terserak di ujung- ujung langit tak berbatas sana selalu mengundang kagumku.
Tak habis heranku menyaksikan kalian, kawan.
Meskipun kalian dengan keindahan masa yang kalian bawa tak akan bisa menjadi satu, sama- sama berkuasa di langit yang sama.
Saya sadar, semuanya rahmat.
Semuanya anugerah, patut disyukuri.
Kawan, ada masanya tiang api dan tiang awan sama-sama mengiringi langkah hidupku.
Menemani hidupku saat terang dan gelap.
Bukankah semuanya indah?
Tidakkah semuanya karunia?
Saya, satu dari sekian juta orang yang ada di bawah langit ini tersenyum untuk hari ini.
Selamat datang, fajar. Mari menyambut matahari dan bulan di langit hari ini.
Salam,
Kawanmu,
HS.
Pernahkah kau berjumpa dengannya walau sebentar?
Mungkin tidak pernah, mungkin karena sejak awal ada tugas dari masing-masing kalian untuk menghiasi langut setiap harinya dalam waktu yang berbeda.
Kuberi tahu satu rahasia ya, sebenarnya fajar akan segera mempertemukan kalian.
Tapi, itu hanya pada masa-masa saat langit berkehendak cerah.
Tapi kalian tak akan bisa berdampingan pula.
Seperti kutub utara dan selatan, layaknya siang dan malam, semua dijadikan untuk saling melengkapi. Begitu kehendak sang empunya isi dunia ini, kawan.
Kawan ingatkah...
di sudut kota, kita pernah bertukar kisah tentang mimpi-mimpi masa depan.
duduk di kursi kayu panjang itu, kita mulai bercerita.
Siang hari yang cerah kau diam terpaku sembari berkuasa di langit yang atas sambil menunggu datangnya senja.
Sementara nanti setelah senja sang penguasa malam lah yang akanj bertahta di gelapnya langit sana.
Keindahan kalian berdua, matahari dan bulan yang terserak di ujung- ujung langit tak berbatas sana selalu mengundang kagumku.
Tak habis heranku menyaksikan kalian, kawan.
Meskipun kalian dengan keindahan masa yang kalian bawa tak akan bisa menjadi satu, sama- sama berkuasa di langit yang sama.
Saya sadar, semuanya rahmat.
Semuanya anugerah, patut disyukuri.
Kawan, ada masanya tiang api dan tiang awan sama-sama mengiringi langkah hidupku.
Menemani hidupku saat terang dan gelap.
Bukankah semuanya indah?
Tidakkah semuanya karunia?
Saya, satu dari sekian juta orang yang ada di bawah langit ini tersenyum untuk hari ini.
Selamat datang, fajar. Mari menyambut matahari dan bulan di langit hari ini.
Salam,
Kawanmu,
HS.
0 comments