Terima kasih sudah mau menunggu suratku hari ini. Kemarin kulihat sudah tak lagi ada tumpukan surat-surat di depan pintu rumahmu.
Saya selalu percaya bahwa kau tak selalu membaca surat-surat yang tertuju padamu. Suratku ini pun selalu mencari-cari lokasi agar bisa kau temukan. Ya, ingin ditemukan. Bukan hendak menemukanmu, karena suratku hanya ingin menemukan orang yang tepat untuk membacanya. Sama seperti tahun-tahun yang berlalu, tak pernah begitu sulit menemukanmu meski kau sudah berpindah-pindah tempat perantauan.
Saat kau semakin jauh dari pandangan mataku, saya bersyukur karena wujudmu telah terekam lengkap di benakku. Matamu adalah tempat tepat bagiku untuk menemukan kedalaman air yang tenang tak menghanyutkan. Di sanalah dapat kumengadu masalah, disana pula dapatku menyelam tanpa takut tersesat.
Mengenalmu dan segala perkaramu adalah salah satu kesukaanku. Tak pernah menyesal ketika dulu sekali waktu pernah mempertemukan kita. Surat yang kini kau baca ini, sesungguhnya tak ingin mencari kabar dan keadaanmu.
Suratku ini (dan selalu begitu) akan menggantikan semua pertemuan dan interaksi yang telah kita lewatkan.
Semoga kehangatan pembicaraan terakhir kita kemarin belum membeku. Ah tak mungkin membeku, karena dinginnya es hanya ada di hatimu yang belum tertaklukkan. Kuyakin pembicaraan kita masih hangat, sehangat tanganmu yang mendekapku kala dinginnya udara di kotamu mendera.
Salam hangat dari jauh.
Selamat menemukan dirimu yang dulu.
#30HariMenulisSuratCinta hari ke 19
Saya selalu percaya bahwa kau tak selalu membaca surat-surat yang tertuju padamu. Suratku ini pun selalu mencari-cari lokasi agar bisa kau temukan. Ya, ingin ditemukan. Bukan hendak menemukanmu, karena suratku hanya ingin menemukan orang yang tepat untuk membacanya. Sama seperti tahun-tahun yang berlalu, tak pernah begitu sulit menemukanmu meski kau sudah berpindah-pindah tempat perantauan.
Saat kau semakin jauh dari pandangan mataku, saya bersyukur karena wujudmu telah terekam lengkap di benakku. Matamu adalah tempat tepat bagiku untuk menemukan kedalaman air yang tenang tak menghanyutkan. Di sanalah dapat kumengadu masalah, disana pula dapatku menyelam tanpa takut tersesat.
Mengenalmu dan segala perkaramu adalah salah satu kesukaanku. Tak pernah menyesal ketika dulu sekali waktu pernah mempertemukan kita. Surat yang kini kau baca ini, sesungguhnya tak ingin mencari kabar dan keadaanmu.
Suratku ini (dan selalu begitu) akan menggantikan semua pertemuan dan interaksi yang telah kita lewatkan.
Semoga kehangatan pembicaraan terakhir kita kemarin belum membeku. Ah tak mungkin membeku, karena dinginnya es hanya ada di hatimu yang belum tertaklukkan. Kuyakin pembicaraan kita masih hangat, sehangat tanganmu yang mendekapku kala dinginnya udara di kotamu mendera.
Salam hangat dari jauh.
Selamat menemukan dirimu yang dulu.
#30HariMenulisSuratCinta hari ke 19
2 comments
surat yang mengambang di tengah perjalanan. Sebagai tukang pos, aku merasa bingung dan tak tau hendak kemana mengantarnya. kamu sudah menulis untuk guru kesayanganmu?
ReplyDelete- ika, tukangpos
Aaakkk tolong diantarkan kak. Kepada pembaca nya. Pasti sampai kok kak ;)
Delete