google-site-verification=pmYaR7Wkl72nz8GRfCYRHkG7F2d5HrD-tTSuQpSxRqU Surat Penjemput Kenangan | LIMA HURUF by Hanna Suryadika

Surat Penjemput Kenangan

Kepada saudara-saudaraku yang tak tersatukan oleh ikatan keluarga.

Surat ini kutujukan kepada banyak kepala yang kutemui dalam belasan tahun perjalananku.
Pada orang-orang yang kusebut belahan jiwaku, sahabat-sahabatku dalam kasih seorang kawan.
Kenangan tentang kalian kujemput kembali melalui surat ini.

Hai kalian...
Lama tak kusapa kalian dengan sapaan-sapaan hangat.
Wahai wanita-wanita kesayanganku, apa kabarnya?
Entah sudah berapa satuan waktu kita lewati tanpa saling bertukar kabar ya.
Disini, tertinggal padaku rentetan kenangan indah kita sewaktu muda dulu.
Ah ya waktu memang berlalu begitu cepatnya, siapa yang mengira kini kita ada pada jalur yang berbeda?
Kita semua ada di tempat yang mengantarkan kita pada tujuan masing-masing.

Teruntuk kawan-kawan karibku sejak di bangku sekolah hingga kuliah.
Sungguh tak pernah ada kesempatan bagiku untuk memilih kalian sebagai tempat berbagi kala suka dan duka.
Masih sering teringat olehku betapa manisnya reuni terakhir kita kala itu. Banyak sekali ya ternyata momen konyol yang harus diulang untuk bisa dihapus supaya tidak malu saat diingat lagi.
Ya memang ada  kalanya kita kembali pada penyesalan: "dih, itu dulu gue ngapain sih kok bego banget gitu?" Atau malah menjadi: "ih coba dulu gue ga gitu, malu-maluin banget".
Tapi dibalik semua tindakan malu-maluin itu bukannya memang selallu ada sahabat-sahabat (kampret) yang mengamini tindakan kawannya? Hahaha.

Masih ingat juga betapa masih sulitnya melupakan masa-masa 'najis banget pas lagi naksir orang' yang akhirnya menyisakan "dih, kok gue dulu bisa naksir sama dia sih?" di kemudian hari.
Lucu ya, begitulah hidup. Masih memberikan hiburan bahkan disaat penat melanda.

Semakin tua maka semakin berubah pula arah becandaan kita.
Awalnya sekedar iseng nge gebet-gebet lucu sampai akhirnya pembicaraan soal pernikahan, suami, anak hingga finansial mulai kerap menjadi topik hangat di kala makan siang.
Waktu berubah ya, secepat itu.

Dulu belasan tahun silam, ketika berkawan dengan segerombol 'anak baik-baik': Virna, Dhany, Tia, Nurika, Dhila, Indah, Icha,- sang juara di kelas masing-masing, apalagi yang kami pikirkan selain belajar dan masuk di kelas unggulan? Tidak ada. Bahkan saat berseragam putih-biru dulu kita masih sibuk memikirkan cara membujuk orangtua masing-masing untuk dibelikan sebuah telepon genggam. Dan selayaknya anak remaja kala itu, menyambangi mall sehabis sekolah mungkin kebanggaan saat itu, tapi nyatanya kami lebih sering berkumpul di sebuah toko buku besar dekat sekolah.

Beranjak melepas masa awal remaja, saat mulai memasuki dunia sekolah tingkat teratas di SMA, bertemu lagi dengan beberapa perempuan lucu bernama Melany, Echa, Antie, dan Yuli, yang kelak menjadi sahabatku. Tiada satu haripun yang terlewat untuk kita habiskan bersama. Bahkan kita membeli 'buku curhat' khusus untuk menampung kegalauan masa-masa itu. Dari sini ada banyak kejayaan masa muda juga bekal kenangan yang indah buat masa depan. Mungkin semuanya memanng dipersiapkan untuk menghiasi masa kelam dalam hidup kita kelak.

Waktu terus berputar, hingga mengenalkanku pada mbak Ayu, Ririn, Ichi dan Momo. Dan kali ini dengan mereka banyak hal serius tentang hidup dan masa depan kita bicarakan. Tapi tak jarang pula hal-hal nyeleneh yang tak penting diributkan. Tentu pada maaa-masa ini kita harus mulai mempersiapkan hidup masing-masing. Setiap orang punya cita-citanya sendiri, begitupun dengan kita.

Hidup membawa kita semua terpisah. Hanya memori yang mengikat kita untuk tetap satu. Diantara setumpuk kesibukan kita masing-masing tentu ada mimpi yang menunggu untuk diwujudkan. Pelajaran hidup terkadang menampar kita terlalu keras, sampai kita lupa kalau kita masih tetap punya sahabat-sahabat yang tak berganti gelar sampai habis masanya. Terkadang kita memaksakan untuk bertahan sendiri tanpa pernah bertukar cerita pada kawan-kawan yang ceriwis itu.

Tapi dimanapun kalian, apapapun yang kalian rasakan, dan entah bagaimana perjuangan hidup kalian disana, ingatlah satu hal. Kembalilah menjadi seorang kawan bila kakimu letih berjalan sendirian dalam hidup ini, karena kawan sejatimu takkan pernah meninggalkanmu.

Semoga kalian, semua kesayanganku tetap mampu menjalani berat dan ringannya hidup ini. Selamat menikmati hidup di atas kegembiraan.

Salam sayang,
Sahabatmu.


Solo, 3 Februari 2014.
#30HariMenulisSuratCinta hari ke 3

2 comments

  1. woahh, temen kamu banyak banget, pasti kamu orangnya menyenangkan :D
    semangat terus ya menulisnyaaaa
    - ika

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo kak Ika! Terima kasih sudah membaca. Beruntung memiliki teman2 sebaik mereka :')
      Selalu semangat :D

      Delete