google-site-verification=pmYaR7Wkl72nz8GRfCYRHkG7F2d5HrD-tTSuQpSxRqU Mimpi dan Harapan | LIMA HURUF by Hanna Suryadika

Mimpi dan Harapan

Mimpi dan harapan, keduanya menyatu dalam satu tubuh. Menyeruak diantara jasad-jasad busuk yang gugur karena tak sabar dalam penantian.
Saat semua kaki melangkah, tentulah ia harus tahu kemana tujuan langkahnya, kapan harus berlari atau kapan menetapkan saat untuk berhenti.

Dalam tubuhmu, yang kukenal selama bertahun, mimpi juga harapan datang silih berganti. Sulit bagimu menyatukannya dalam jiwamu. Jiwamu tak mampu menggenggam banyak hal sekaligus. Maka disaat ada mimpi yang kau cita-citakan, hidupmu beralih padanya. Semuanya kau taruhkan demi terwujudnya mimpimu. 
Terkadang kerasnya hidup ditambah mimpimu yang sering dianggap mustahil dan tiada oleh sekelilingmu, membuatmu kehilangan harapan. Tidak sayang, apapun yang terjadi, jangan pernah berjalan tanpa harapan. Karena jika mimpi adalah kakimu yang berjalan, maka harapan adalah dian yang menerangi langkahmu.

Masih kuingat kala itu, ketika kau pernah punya asa yang besar, namun sayangnya tak ada lagi mimpi yang ingin kau capai saat itu. Maka gerak iramma hidupmu hanya sekedar berpikir dan berharap, tak punya tujuan untuk mulai berjalan. Tidak, sayang, itupun tak baik. Karena ketika kau sudah berani bermimpi, maka kau haarus berani melangkah dengan harapanmu. Berilah sepasang kaki yang kokoh bagi mimpimu, agar kelak ketika kau menikmati hidup kau dapat melihat mimpimu dengan harapanmu bisa berjalan. Meski hidup ini berat, keduanya takkan pernah terjatuh, sebab kaki-kaki kecil itu hanya tertatih, takkan tersungkur.

Sayang, ketika kau cemas saat terlalu banyak harapan yang kau tumbuhkan dapat membuatmu membumbung terbang kehilangan kaki, jangan takut. Kau hanya perlu sedikit keyakinan untuk mengontrol keduanya, mimpi dan harapanmu. Belajarlah untuk menumbuhkan keyakinan pada diri kecilmu.

Selamat belajar, sayang.
Selamat merayakan kehidupan.

Tertanda,
Kekasihmu.

#30HariMenulisSuratCinta hari ke 9.

0 comments