Ini cerita tentang kisah cinta indah yang ingin pindah.
Awalnya tak ada yang salah dengan semua yang terjadi.
Semua orang menginginkan wujud dan rupa kedua mempelai.
Sang wanita itu lembut dan lemah gemulai.
Sementara si lelaki supel dan itikad baiknya selalu di hati.
Kedua anak manusia itu bersatu.
Berubah rupa menjadi wujud idaman semua orang.
Keduanya saling melengkapi, selalu bersama dalam tiap waktu.
Kemanapun mereka melangkah, kami melihatnya selalu riang.
Suatu hari yang tak berbeda bagi kami, masih di salah satu hari di musim kemarau.
Sang wanita datang ke warung kopi kami, bercerita dengan lirih dan parau.
Ia mulai membeberkan kisah kasihnya yang kacau.
Ia, katanya, memang selalu bahagia di awal jumpanya.
Demikian pun sang lelaki, mereka mengaku tak kekurangan suatu pun, meski tak berpunya.
Berdua, hanya berdua lah mereka yakin bisa meraih bahagia di dunia.
Maka, bertapalah mereka, mencari makna hidupnya.
Sepulang dari perjalanan itu, mereka hening, diam dan kering.
Mereka sunyi, memandang pantulan diri masing-masing.
Mereka berkaca pada air yang bening.
Menemukan banyak tanda tanya dalam parut di kening.
Si lelaki membuka bicara, memecahkan hening.
"Ternyata bahagia pun tak cukup" ujarnya sembari meremas kepalanya yang tak pening.
"Aku belum menemukan makna hidupku denganmu" lanjutnya, si wanita hanya diam sesekali mengerling.
Dan begitulah berakhir kisah mereka.
Sang wanita mengizinkan lelakinya pergi mengembara.
Sementara ia masih sendiri merana.
Ia selalu ingat kata-kata terakhir lelakinya:
"Kisah kita indah, tapi aku ingin pindah"
"Indah saja tak cukup, apalagi hanya di tempat yang sama"
"Biarkan aku saja yang pindah, sementara kau disini bertahan"
"Kan kutemui kasih yang baru, yang siap kuajak pindah kemana pun"
Wanita itu pun kini menghilang tak tahu dimana rimbanya.
Terakhir kutemui ia di batas kota.
Ia mengemas seluruh serpihan hatinya.
Membawa segala rupa kenangannya yang lalu.
Saat kutanya tujuannya, ia jawab mantap: "Aku ingin pindah"
-hanna siahaan-
Awalnya tak ada yang salah dengan semua yang terjadi.
Semua orang menginginkan wujud dan rupa kedua mempelai.
Sang wanita itu lembut dan lemah gemulai.
Sementara si lelaki supel dan itikad baiknya selalu di hati.
Kedua anak manusia itu bersatu.
Berubah rupa menjadi wujud idaman semua orang.
Keduanya saling melengkapi, selalu bersama dalam tiap waktu.
Kemanapun mereka melangkah, kami melihatnya selalu riang.
Suatu hari yang tak berbeda bagi kami, masih di salah satu hari di musim kemarau.
Sang wanita datang ke warung kopi kami, bercerita dengan lirih dan parau.
Ia mulai membeberkan kisah kasihnya yang kacau.
Ia, katanya, memang selalu bahagia di awal jumpanya.
Demikian pun sang lelaki, mereka mengaku tak kekurangan suatu pun, meski tak berpunya.
Berdua, hanya berdua lah mereka yakin bisa meraih bahagia di dunia.
Maka, bertapalah mereka, mencari makna hidupnya.
Sepulang dari perjalanan itu, mereka hening, diam dan kering.
Mereka sunyi, memandang pantulan diri masing-masing.
Mereka berkaca pada air yang bening.
Menemukan banyak tanda tanya dalam parut di kening.
Si lelaki membuka bicara, memecahkan hening.
"Ternyata bahagia pun tak cukup" ujarnya sembari meremas kepalanya yang tak pening.
"Aku belum menemukan makna hidupku denganmu" lanjutnya, si wanita hanya diam sesekali mengerling.
Dan begitulah berakhir kisah mereka.
Sang wanita mengizinkan lelakinya pergi mengembara.
Sementara ia masih sendiri merana.
Ia selalu ingat kata-kata terakhir lelakinya:
"Kisah kita indah, tapi aku ingin pindah"
"Indah saja tak cukup, apalagi hanya di tempat yang sama"
"Biarkan aku saja yang pindah, sementara kau disini bertahan"
"Kan kutemui kasih yang baru, yang siap kuajak pindah kemana pun"
Wanita itu pun kini menghilang tak tahu dimana rimbanya.
Terakhir kutemui ia di batas kota.
Ia mengemas seluruh serpihan hatinya.
Membawa segala rupa kenangannya yang lalu.
Saat kutanya tujuannya, ia jawab mantap: "Aku ingin pindah"
-hanna siahaan-
2 comments
bagusnyaaa :D
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca :)
Delete