Langit hitam mulai menggelayut di Kampung Sewu Beton, Solo. Namun beberapa warga masih terlihat asyik memancing tanpa menghiraukan debit air yang bercampur sampah dan limbah cair itu pun semakin deras. Sampah- sampah yang menumpuk di kali itu pun semakin berbaur dengan cairan berwarna coklat kehitaman sisa limbah pencucian batik. Dan beberapa lelaki yang asyik memancing itu pun juga tak merasa risih melihat pemandangan itu, mereka masih saja menunggui kail pancingannya termakan ikan. Sampah dan limbah yang menumpuk itu membuat aliran air sungai menjadi mampet. Namun warga sepertinya tak was-was sedikitpun, mungkin karena memang saat itu sungai belum terlalu tinggi airnya.
Padahal, menurut penuturan warga setempat, Priyanto (30), rumah- rumah yang ada di bantaran Bengawan Solo sudah pasti akan tergenang air bila hujan yang turun memang deras. “Kalau banjir tingginya bisa mencapai 10 meter dari sungai ini,” Namun warga sepertinya tak merasa terancam dengan pertanda alam yang gelap tersebut, mereka masih melakukan aktivitasnya masing-masing seakan tak khawatir banjir akan datang.
Berpolusi
Air Sungai Bengawan Solo itu sebenarnya memang telah tercemar polutan dalam skala besar. Miris memang ketika masih ada sebagian warga yang mungkin belum sadar akan bahaya racun yang dikandung air tersebut masih saja memancing ikan dari Bengawan Solo, yang sudah tentu tercemar pula.
Begitulah kondisi Kelurahan Sewu, wilayah yang sebagian besar berada di sepanjang bantaran Bengawan Solo ini memang kerap kali menjadi langganan banjir. Saking seringnya, warga Sewu pun sudah tak panik lagi menghadapi banjir yang menggenangi rumah mereka tiap tahunnya.
Air banjir yang tergenang itu memang mengancam kesehatan warga. Hal ini terbukti dari hasil susur sungai dalam Save Bengawan Solo, yang diadakan Kopassus. Anak Sungai Bengawan sendiri bahkan tercemar limbah industri. Parahnya, sebagian sampah juga berasal dari sampah buangan masyarakat dan limbah rumah tangga.
Enggan Direlokasi
Kepala Kelurahan Sewu, Agung Riyadi menyatakan keengganan warganya diungsikan bila banjir telah merendam rumah-rumah mereka. “Biasanya sampai banjir naik 2 meter di rumah pun mereka masih tak mau dipindahkan, mereka masih santai padahal saya sudah panik. Tenda pengungsian pun sudah saya siapkan, tapi mereka tak mau dipindahkan.” Agung sendiri menjelaskan upaya pihaknya untuk menyelamatkan warga dari banjir namun memang warga masih enggan untuk meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke tenda relokasi yang dibangun di atas tanggul Bengawan Solo.
Agung Riyadi sebenarnya ingin mengubah karakter warga Sewu yang sulit untuk direlokasi ketika banjir tiba. “Saya ingin warga dengan kesadaran sendiri bisa direlokasikan ke tenda pengungsian. Pemerintah kota kan pengennya mereka bisa terselamatkan dan sehat hidupnya,” imbuh Agung.
Mengenai kondisi Bengawan Solo, Walikota Solo, Joko Widodo ketika melakukan inspeksi susur Sungai Bengawan Solo, dalam acara Save Bengawan Solo, Jumat (16/3) mengatakan masih banyak sampah di sepanjang Bengawan Solo. “Masih ada bagian-bagian sungai yang kotor, dan saya sarankan warga untuk mulai menanam di sepanjang bantaran Bengawan Solo (untuk mencegah banjir),” ujarnya ketika diwawancarai di dermaga Kampung Sewu begitu selesai melakukan susur sungai. Dalam acara yang digagas oleh Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Kartasura ini, warga Sewu mulai dibiasakan menanam pohon.
Sehubungan dengan acara Save Bengawan Solo pekan lalu, Agung menjelaskan bahwa sedikit demi sedikit mulai terlihat adanya perubahan di warganya. “Masyarakat mulai buang sampah lebih teratur, sudah mulai tidak buang sampah di selokan karena mereka sadar kalau begitu ya bisa banjir.” Pada akhirnya apa yang diperbuat oleh masyarakat tentu kelak mereka yang akan menuai hasilnya. Jika mereka membuang limbah, maka saat banjir tiba kesehatan mereka masih terancam. Namun Save Bengawan Solo mungkin juga akan menyelamatkan perilaku buruk warga yang tingga sepanjang bantaran, menyelamatkan hidup mereka dan juga kelestarian Sungai Bengawan Solo itu sendiri.
catatan: tulisan ini telah saya buat tahun lalu, demikian pula dengan wawancara terhadap narasumber terkait. namun tulisan ini memang baru diunggah saat ini.
0 comments