google-site-verification=pmYaR7Wkl72nz8GRfCYRHkG7F2d5HrD-tTSuQpSxRqU Dutch and The It ‘Friend And Foe Alike’ | LIMA HURUF by Hanna Suryadika

Dutch and The It ‘Friend And Foe Alike’

Belanda adalah negara pelopor dalam hal pengelolaan air. Bahkan bisa dibilang, Belanda menjadi yang terbaik dalam hal ini. Bagaimana bisa? Mari kita simak.

Air merupakan sumber daya yang amat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Tiada yang dapat menyangkal betapa pentingnya air dalam kehidupan kita. Namun ternyata, air tak selamanya bisa menjadi sumber kehidupan kita. Bila kita tak dapat mengontrolnya, air dapat menjadi sumber malapetaka.

Belanda kemudian menjadi negara yang hebat justru karena kedekatannya dengan air. Sesuai dengan topografinya, Belanda memang negara yang ‘tergenang air’ karena dua pertiga wilayahnya di bawah permukaan laut. Awalnya, mereka berusaha mati- matian untuk menghindari banjir dan aliran air yang besar di wilayahnya. Belanda menjaga tanahnya tetap kering karena wilayah- wilayah yang rawan tergenang air banjir ini dihuni oleh sekitar 11 juta orang. Selain itu, produk domestik kotor Belanda sekitar 20 persennya justru dihasilkan di wilayah rawan genangan air.

The Floating Dutchman. Salah satu bus terunik di duniayang digunakan untuk tur dari bandara Schiphol hingga pusat kota Amsterdam.  Dengan bus apung ini kita bisa berkeliling melihat kanal dan kota Amsterdam.  (gambar dari sini)
Bentuk topografinya yang unik, mampu menjadikan Belanda sebagai ahli dan juga sang perintis dunia dalam hal tata kelola air. Mulai dari sistem perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan bendungan, tanggul, gelombang hambatan, hingga struktur pengendalian banjir. Rumah- rumah apung yang dibangun di sepanjang kanal pun sebagai bukti adaptasi Belanda yang paling terlihat.
Kebanyakan kota-kota di Belanda berdiri di sekitar kanal-kanal. Salah satunya kanal seperti di Amsterdam ini. (gambar diambil disini)

Lihatlah bagaimana ajaibnya jalan keluar yang diciptakan orang Belanda untuk mengakali air- air yang mengelilingi daratan negeri mereka. Belanda menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa dan justru menyukai hidup ‘berdampingan’ dengan air karena air juga merupakan salah satu sumber hidup. Meski demikian, mereka juga sadar bahwa air juga harus diwaspadai. Karena hal itulah, akhirnya muncul sistem tata kelola air kelas dunia yang dijalankan oleh pemerintah Belanda. Proyek tersebut dinamai The Delta.
Salah satu gambar palang pencegah badai dalam  proyek The Delta (gambar diambil dari sini)

Apa sih The Delta itu? The Delta merupakan proyek penanggulangan banjir terbesar di dunia. Proyek The Delta ini diprakarsai sejak adanya banjir besar yang menggenangi sebagian wilayah Belanda pada 1953. The Delta dibangun untuk melindungi Belanda dengan kekuatan penuh dari serangan banjir. Pelindungan yang dibangun berupa tanggul, ‘gerbang besar’, dan bendungan. The Delta adalah sebuah proyek meliputi sistem pengelolaan air, perlindungan dari banjir, mereklamasi lahan dan usaha hidrolik pada tanah, konservasi lingkungan, serta penataan ruang dengan memperhatikan kondisi air. 


Dari proyek The Delta tersebut jelas bahwa pemerintah Belanda berupaya untuk memanfaatkan kondisi alam mereka seefektif mungkin, sehingga segala kemungkinan bencana bisa terhindar. Mereka terus merancang sebuah infrastruktur sehingga dapat berinovasi seiring berjalannya waktu. Sumber daya alam mereka terutama air pun dapat diinvestasikan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.

Tanahnya yang datar dan bahkan berada di bawah permukaan laut, Belanda mampu menjadi yang terdepan dalam inovasi. Air yang awalnya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup mereka, akhirnya mampu diatasi dengan adaptasi pada bentuk pemukiman penduduknya yang dibuat terapung, dan dengan dibangunnya bendungan. Belanda yang telah sukses menjadi perintis dalam hal pengelolaan air, serta berhasil mengubah bencana menjadi kawan.

ditulis oleh: Hanna Suryadika.

Referensi:

http://entoen.nu/watersnood/en, http://deltavision.ca.gov/BlueRibbonTaskForce/May2008/Pioneering_Water_Netherlands.pdf

0 comments